Mantagi
Adab
Salah Sambung
Oleh:
Zikra Delvira
Manusia
memerlukan adanya komunikasi di antara sesama. Komunikasi bertujuan untuk
menyampaikan pesan dari si penyampai pesan pada penerima pesan Jika si penerima
tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh si pengirim, maka tentunya pesan tidak
tersampaikan dengan baik sehingga tujuan dari komunikasi tidak tercapai.
Komunikasi
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak
langsung. Komunikasi langsung dilakukan tanpa menggunakan perantara, dilakukan
berhadapan muka. Sementara komunikasi tidak langsung memerlukan perantara.
Antara lain melalui telepon, email, media sosial, serta ponsel. Dengan perkembangan
teknologi membantu orang-orang dalam berkomunikasi. Jarak yang tadinya jauh,
didekatkan dengan adanya alat komunikasi tersebut.
Dalam
berkomunikasi memerlukan adab, baik itu komunikasi langsung atau tidak
langsung. Dalam tulisan ini penulis akan fokus pada adab komunikasi tidak
langsung, khusunya melalui telepon. Adab atau tata krama yang dilakukan antara
lain dengan memperhatikan waktu ketika menelpon, tentu tidak etis apabila
menelpon saat larut malam yang biasanya menjadi jam tidur seseorang. Selain itu
mengucapkan salam ataupun sapaan selamat siang juga diperlukan. Orang yang
mengakhiri menelpon adalah orang yang melakukan panggilan, sehingga jika
menjadi penerima telepon, maka tunggulah orang di seberang yang memutuskan
sambungan. Meletakkan gagang telepon dengan lembut juga dianjurkan karena
gagang telepon yang diletakkan kasar akan menimbulkan kesan marah.
Tak
hanya itu, begitupun jika salah sambung, dimana panggilan telepon yang
dilakukan tak sesuai dengan orang yang dituju. Salah sambung pun juga
memerlukan adab. Meski tak semua, namun seringkali jika salah sambung, si
penelpon di seberang akan langsung mematikan sambungannya setelah melalui
sebuah percakapan yang canggung dan tahu bahwa ia salah orang.
A:
Halo, Andi.
B:
Bukan, ini Dudung.
A:
Lho, ini bukanya nomor Andi?
A:
Bukan.. Ini siapa?
Si
A yang merasa tak mengenal si B lalu tak berbicara lagi, tanpa ba bi bu lalu tut tut tut. Sambungan akan dimatikan
ketika penelpon sadar bahwa ia salah sambung. Terkadang tanpa menjawab
pertanyaan dari orang yang ditelponnya. Sementara yang ditelpon bisanya akan
terdiam beberapa detik setelah orang di seberang teleponnya tanpa pamit
mematikan sambungan. Penulis pun pernah mengalami hal seperti ini.
Seyogyanya,
sama seperti komunikasi lainnya, salah sambung pun memerlukan adab. Meski si
penerima telepon bukanlah orang yang dituju, dan bukan juga orang yang diperlukan,
hanya sekedar salah sambung. Namun tentu tidak sulit untuk sekedar mengatakan
“Wah maaf, sepertinya salah sambung. Assalamualaikum...”
0 Comments