Ladang Sayur dan Para Petani
Setelah tamat
dari perguruan sekitar 3,5 bulan, akhirnya aku menemukan tempat kerjaku yang
pertama : sebuah ladang sayur. Simpel, ladang sayurku ini bertugas untuk
memelihara dan memberi pupuk tunas-tunas muda sementara waktu, agar mereka bisa
berpindah ke ladang-ladang baru yang mereka inginkan, tempat mereka akan
dirawat dan dipupuk dengan lebih fokus
lagi agar berbuah. Kami para petani di ladang sayur persinggahan ini, bertugas
mengantarkan mereka.
Di sini
menyenangkan. Setelah seusai tamat dan selebrasi, semangatku yang dalam 3.5
bulan itu up and down. Jika sedang up, begini pikiranku: Yeaaa, aku sudah
selesai. Saatnya aku mengabdi, mencari. Giliranku. Jika sedang down: apa yang
kini harus kulakukan? (dengan tatapan kosong)
Menyenangkan
berbincang dan bercanda dengan tunas-tunas dan para petani. Sampai ada tunas
yang nyeletuk, ini front office paling asyik di antara semua ladang
persinggahan yang ditemuinya (front office di ladang? Haha, tak usah pikirkan).
Untuk para
petani di ladang sayur yang sama, terima kasih untuk pertemanannya.
Kak Tomat yang
lembut, yang Jawa banget, istri idaman deh. Kak Tomat ini pernah jadi
sukarelawan di Indonesia Bertani. Bahkan nggak hanya di Indonesia Bertani, ia
juga jadi sukarelawan di dua tempat lainnya. Wuo, sugoii. Pengalamannya udah
banyak. Tapi Kak Tomat ini sempat silap. Dia berpikir kalau aku ini orangnya
baik banget. Kalau anak Genta ataupun anak kosan tau, mereka bisa ketawa sampai
guling-guling dari kampus nyampai ke taplau.
Ada Wortel,
mimpinya jadi dosen. Jiwanya asyik dan sosial banget walau dia dari bidang ilmu
eksak. Saking kerennnya, semua tunas mengejawantahkan dia sebagai petani
favorit. Yang aku tahu pasti, si Wortel ini udah pintar, temannya juga banyak. Otak
kanan kirinya seimbang kayaknya. Seringkali kami berdua pulang berhujan saat
malam. Romantis? Enggak. Basah kena air yang ada. Dia lagi ngurus beasiswa buat
S2. Selagi itu ia sambilan tani, juga yang lainnya. Btw Wor, yang penting itu
‘bukan kerja tetap, tapi tetap kerja’. Apalagi di fase kita yang sekarang ini.
Iya kan Wor?
Kak Timun juga
asyik, orangnya ceria, suka becanda, gaul. Hobinya fotografi. Dulu juga sempat
jadi sukarelawan di Indonesia Bertani. Bisa menempatkan diri sesuai dengan siapa ia berhadapan. Ini juga
pengalamannya udah banyak. Seorang wirausaha sosial juga. Yang rela aku panggil
malam-malam ke ladang kala itu karena intruksi mandor. Makasih kak.. Terhura..
Ada orang yang sepertinya
memang kontur mukanya seolah dia tersenyum seperti selalu. Atau dia memang
seorang Smilefator? Seperti salah satu kawanku di perguruan. Mas Kentang, dia
backpaker, seru, sudah menjelajah ke
banyak tempat, nggak heran dia gampang ngobrol asyik dengan orang yang baru
dikenalnya. Jiwanya bebas tapi rendah hati. Buat dia yang penting kerja itu
sesuai passion.
Selayaknya
ladang, pasti ada mandornya. Sebut saja ia Selada. Entah karena posisinya yang
sebagai mandor, atau memang dia yang orangnya begitu. Selada yang dewasa, yang
tegas, padahal bahkan ia lebih muda dariku, dari petani semuanya di ladang ini.
Selain itu Selada ini kerja ikhlas, nggak maruk sama uang.
Ngasih solusi buat para petani.
Nah, si pemilik
ladang, Bang Jambu juga baik banget. Dia punya ladang banyak. Tapi nggak
sombong orangnya. Nggak pelit. Mau berbagi ilmu. Sampai saking baiknya aku jadi
segan sendiri.
Ada Labu, dia
penjaga ladang. Pendengar yang baik. Juga pencerita yang jujur. Ia mau
mendengar celotehanku sepanjang hari, juga bersedia mendengar keluhanku yang
sebenarnya ngak penting itu. Tapi dia tetap ngasih masukan. Dia
juga senang berceloteh, saking jujurnya, sampai aku heran sendiri kenapa dia
bisa sepercaya itu ke aku. Sering kami tukar pikiran. Sering kami saling
menyetujui, namun sering juga kami saling menolak gagasan masing-masing.
Teman
lamaku, Pir dan Brokoli juga tergabung di sini. Dengan Brokoli aku menjelajah
kota untuk mencari tunas. Kini ia sudah berpindah dan diamanahkan untuk
bercocok tanam ke ladang yang lebih besar, selamat Brokoli, I am happy for you.
Dan Pir, ia kawan dekatku, namun ia hanya sebentar bertani di sini.
Senang bisa
bertemu dan bekerja sama. Berada di sekeliling orang-orang hebat dan baik dan
menyenangkan. Sering isi percakapan becandaan mulu dan tukar pengalaman. Sebenarnya
ada stakeholder yang lain, pemilik modal misalnya. Tapi aku tak berhubungan
dengannya langsung. Ladang ini masih baru memulai. Ada suka dan dukanya. Tapi
kali ini aku ingin ceritakan yang suka saja.
Bekerja di
ladang ini asyik. Aku menghandle sedikit keuangan, bagian promo agar pemilik
menitipkan tunas mereka di ladang ini, mengatur jadwal bertani bersama Kak
Tomat, bagian informasi, juga menyaru menjadi agen Prudensial. “Hei Tunas,
silahkan jika ada keluhan ataupun kritik saran, sampaikan saja.” We listening, we understanding.
Kerja
itu memang asyik kalau sesuai passion. Yang budaya kerjanya nggak kaku amat,
tapi tetap bagus dan disiplin, (walau ini belum kejalanin sama aku sih.) Yang
bisa becanda dan ketawa terus. Yang udah kayak teman lama. Dan asyik juga kalau
bisa kerja tapi tongkrongan dan
penampakan masih seperti ke kampus aja. Sampai suatu sore ada penjual gorengan
yang nanya, “Baru pulang kuliah dik?” (Tapi someday, aku ingin kerja dengan
pakaian formal maupun semi juga)
Kerja itu main.
Layaknya belajar itu main. Tapi bukan main-main. Caila, ini sekedar teori atau
bisa kuaplikasiin nih? Haha.
Happy working.
And happy
finding job lagi. Karena bentar lagi kontrak bertani di sini bakal abis.
April 30, 2017
07.08
0 Comments